Photobucket

Senin, 18 Juli 2011

Hidup Tanpa "Si Mbak"


Masih terngiang kejadian tadi pagi, kebehohan dan kesibukan dalam memulai aktifitas kami sekeluarga. Alhamdulillah aku bisa tepati janjiku pada bunyi Alarm yang kupasang pada telepon genggamku. Memulai aktifitas dengan segala bentuk berbenah rumah dan disambi memasak air dan seterusnya adalah membuat sarapan dan makanan untuk siang hari. Lumayan juga ternyata untuk membakar kalori pengganti rutinitas jogingku yang kerap kali bolong-bolong.


Huff.. Jam 5 si kecil sudah terjaga dan seperti ritual paginya segelas susu sudah harus menemaninya menikmati acara kartun kesayangannya. Aku masih harus sibuk di dapur sementara ia masih asik dengan kegiatan rutinya. Si kakak pun begitu, tak lama terbangun dan susu selalu menjadi hidangan favorit pembuka hari .

Sarapan pun siap di hampir pukul 5.30 pagi. Anak-anakku tampaknya sudah sangat antusias untuk menikmati makanan yang telah tersaji di meja. Keadaan tenang begini sangat aku nikmati, apabila dalam memulai hari tidak ada pertengkaran dari mulut2 mungil mereka. Dan dengan tertib mereka menghabiskan sarapan pagi itu, si adik malah ingin makan sendiri, sementara si kakak yang masih "kolokan" menghabiskan suap demi suap yang kumasukkan kemulut mungilnya.

Acara makan pun usai dan dengan sedikit rayuan aku meminta mereka untuk segera menuju kamar mandi dengan acara mandi pagi. Si adik sangat menikmati, meskipun ia masih enggan untuk pergi ke sekolah lantaran masih harus perlu penyesuaian, tapi lagi lagi aku bersyukur ternyata sulungku banyak membantu adiknya untuk urusan ini. Sehingga kian hari kian menunjukkan progress prositif darinya untuk berusaha datang ke sekolah meski ia belum mau menggunakan seragam sekolah yang diberikan untuknya.

Kami semua sibuk pagi itu, karena sebelum memastikan aku dapat bekerja dan meninggalkan mereka dengan posisi aman, aku harus pastikan kelengkapan sekolah mereka sudah pada tempatnya sehingga mereka dengan mudah dapat menjangkau keperluan sekolahnya. Upaya meletakkan Note untuk si kakak telah aku lakukan : mengingatkan kewajibannya setelah pulang sekolah dan sebelumnya, juga mengingatkannya tentang ketertiban dalam merapikan keperluan sekolahnya sendiri. Seperti sebelum pergi mengaji di sore hari, kakak harus sudah mandi sore dan mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan sekolah untuknya.  Dia ternyata berusaha mematuhi aturan demi aturan yang kuterapkan untuknya, meski kadang mengeluh tapi aku ingatkan bahwa akan ada reward atas usahanya nanti di akhir ajaran sekolah, yaitu acara liburan keluarga yang menjadi agenda favoritnya.

Semua sudah siap, si kakak siap antar adik dan semua kebutuhan sekolah kakak pada pukul 9 juga sudah aku siapkan. Mengantar mereka ke sekolah adik dan meminta kakak untuk tetap mengawasinya sampai sekolah usai dan waktu sekolahnya tiba. Mencium kening dan pipi mereka sebelum pergi.

Ada rasa haru sebetulnya, harus meninggalkan mereka bekerja untuk hampir separuh waktu dalam hidupku
Si sulung nampak senang seb3tulnya melakukan perannya sebagai kakak. Namun ada rasa tak tega , di umurnya yang baru 7 tahun dia mau mengawasi adiknya dan melakukan hal hal lain untukku, demi membantu ibunya. Miris sekali... aku cuma bisa berdoa semoga Alloh SWT melindungi anak anakku dan menjaga mereka tanpa kekurangan apapun.

Semoga juga, apa yang aku usahakan terapkan untuk mereka membuat mereka mandiri, bertanggung jawab, dan belajar untuk disiplin sesuai dengan kemapuan seusia mereka. Semoga rasa bersalah ini akan berakhir dan berharap aku mampu selesaikan semua urusanku untuk anak anakku.

Inilah hari hari kami tanpa seorang "Mbak" ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar